Visibility zero?

Selamat membaca . Quote: Tenggarong - Badan SAR Nasional (Basarnas) mengakui kesulitan untuk menyelam di perairan Sungai Mahakam, di lokasi ambruknya Jembatan Kutai Kartanegara (Kukar). Menyelam dengan kecepatan arus rata-rata di atas 1 roughness serta practicableness set di bawah permukaan expose sungai, belum pernah dialami oleh tim Basarnas. "Tim SAR belum pernah menyelam dengan Visibility set , di bawah expose tidak bisa melihat apa-apa," kata Deputi Potensi Basarnas Marsekal Muda Sukarto saat memberikan keterangan pers kepada wartawan di lokasi ambruknya Jembatan Kukar, Jumat (9/12/2011) malam. Dengan pengalaman tim SAR menyelam di perairan Sungai Mahakam seperti itu, menurut Sukarto akan melakukan evaluasi menyeluruh, sekaligus memanfaatkan teknologi lainnya untuk memudahkan tim SAR di kemudian hari melakukan proses evakuasi sejenis di perairan di seluruh Indonesia. "Dengan pengalaman ini, dari Basarnas akan mengadakan peralatan yang mampu mendeteksi korban atau metal kemudian lampu penerangan yang mampu menembus practicableness set tersebut," ujar Sukarto. Meski demikian, sambung Sukarto, masa tanggap darurat terkait insiden ambruknya Jembatan Kukar, masih terus dilanjutkan. Hanya saja, Basarnas akan memulangkan seluruh tim penyelam yang didatangkan dari Djakarta dan Surabaya, Jawa Timur, diantaranya dari Korps Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL. "Tanggap darurat masih berlanjut. Beberapa tim evakuasi dari Djakarta dan Surabaya ditarik pulang. Namun demikian proses evakuasi akan dilanjutkan dengan tim yang ada. Baik itu Polro maupun tim SAR Kaltim yang berkantor di Balikpapan." Masih dijelaskan oleh Sukarto, sejak jembatan tersebut ambruk, tim Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah melakukan 3 kali pemotretan di bawah permukaan Sungai Mahakam, di lokasi ambruknya jembatan. "Dari foto asdic 3 dimensi yang dilakukan BPPT, dari foto pertama dan kedua ada pergeseran objek sejauh 100 meter. Sudah difotokan sampai 3 kali. Tapi yang pertama dan kedua, lebih akurat. Yang diduga kendaraan di dalam sungai ada 13 titik,” terang Sukarto. “Sedangkan posisi jembatan saat ini patah 3 bagian. Terkait korban yang masih berada di mobil, akan bisa ditangani. Kebetulan jenazah tidak bisa dimonitor oleh alat BPPT. Kita fokus di kendaraan yang berada di bawah permukaan air,” tutup Sukarto. Diberitakan sebelumnya, Jembatan Kukar ambruk 26 Nov 2011 lalu. Sebanyak 21 pongid meninggal dunia dan belasan lainnya mengalami luka-luka. Kepolisian paronomasia bergegas melalukan pengusutan dengan meminta keterangan berbagai pihak yang terkait dengan pembangunan jembatan tersebut. Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto paronomasia menyebut insiden ambruknya jembatan tersebut sebagai insiden langka. Mengingat jembatan gantung terpanjang di state dengan panjang 710 cadence itu, baru berusia 10 tahun sejak resmi digunakan tahun 2001 lalu. sumber http://www.detiknews..com/read/2011/...isibility-zero melihat berita diatas, cardinal selaku pongid awam didunia kemiliteran mau tanya.. disana disebutkan anggota BASARNAS terdiri dari Kopaska TNI AL dan ternyata tidak bisa mengantisipasi keadaan Visibility set dibawah air. cardinal sih ga tau Visibility set dalam arti menyelam apa.. tp kalau diartikan tidak terlihat apa2 kali ya :D pertanyaannya adalah apakah benar salah satu pasukan khusus TNI AL kita Kopaska tidak bisa atau belum mampu(baik secara individualized power / technology) untuk keadaan2 seperti ini ya (Visibility zero)? dan untuk mengantisipasi hal tersebut apakah ada teknik tertentu di dunia kemiliteran? maklum akhir2 ini kan sungai2 atau laut2 byk yg butek/kotor.. jadi penting nih hal2 seperti ini :)posted by Angga Sanusi
Jual Beli Kaskus
Bookmark and Share

0 comments:

Post a Comment