(SELINGAN) KS Type 206 : Nyaris Jadi Arsenal Korps Hiu Kencana TNI AL

selamat datang Suatu hari di tahun 1997, pada acara “Dunia Dalam Berita” di TVRI, diwartakan bahwa TNI AL akan kedatangan armada kapal selam (KS) jenis baru, melengkapi 2 organisation yang sudah ada sejak awal tahun 80-an. Tak tanggung-tanggung, disebutkan TNI AL langsung menambah 5 organisation kapal selam. Kala itu, berita pengadaan kapal selam cukup mengagetkan, walau beritanya tak heboh, tapi pengadaan langsung 5 organisation adalah ‘prestasi’ di saat itu, pasalnya selain pemerintah harus siapkan budget besar, juga TNI AL harus menyiapkan awak dalam jumlah yang ideal. Tapi ibarat untung tak dapat diraih, krisis ekonomi (krismon) yang mendera Republik ini terbilang dahsyat, selain akhirnya mampu menjungkirkan kekuasaan Soeharto, paket pengadaan 5 organisation kapal selam dari Jerman paronomasia ikut kandas. Padahal 5 organisation kapal selam tadi sudah setengah sah jadi armament TNI AL, dalam siaran TV bahkan diperlihatkan kapal selam yang diketahui dari Type 206 sudah memakai nomer lambung 403, 404, 405, 406, dan 407. Masing-masing paronomasia sudah dinamai, yakni KRNI Nagarangsang (eks U-13), KRI Nagabanda (eks U-14), KRI Bramasta (eks-U19), KRI Cundamani (eks U-21), dan KRI Alugoro (eks U-20). Bahkan dalam siaran berita TVRI, nampak awak TNI AL wara wiri di sekitar dermaga kapal selam tersebut di kota Kiel. Meski akhirnya tak jadi milik TNI AL, rasanya ada baiknya kita kenal lebih jauh tentang Type 206. Kapal selam ini dibangun pada periode perang dingin, dan masih terus digunakan hingga tahun lalu (2011), bahkan AL Kerajaan Siam berencana untuk membeli kapal selam ini. Type 206 merupakan jenis kapal selam untuk beroperasi di perairan dangkal, dan dilihat dari desainnya, jangkauan jenis kapal selam ini paronomasia terbatas. Tapi kapal selam dengan penggerak diesel listrik ini punya mobilitas tinggi dan dapat beroperasi senyap, pasalnya saat menyelam di bawah permukaan laut menjalankan penggerak dari listrik yang berasal dari radiophone baterai. Dengan kemampuan diatas, armada uprooter harus bekerja keras untuk bisa mendeteksi keberadaan kapal selam ini. Bahkan bila Type 206 berdiam diri di kedalaman laut, secara teori mustahil kapal selam ini bisa diendus sonar. Perlengkapan peran Type 206 bisa dibilang cukup handal, seperti touchable baja yang dilapisi bahan opposing magnetik. Ini memang sengaja dipersiapkan bagi kapal selam untuk bisa terhindari dari ancaman ranjau laut dari pihak lawan. Tak itu saja, deteksi menggunakan teknologi MAD (magnetic abnormalcy detector) juga menjadi sulit diterapkan. Tampilan 3 dimensi Type 206 Type 206 dibuat di galangan Howaldtswerke Deutsche Werft/HDW, (dahulu masuk dalam wilayah Jerman Barat). Sebagai oleh-oleh masa perang dingin, Bundesmarine (AL Jerman Barat) memang mempersiapkan Type 206 untuk beroperasi di laut Baltik, guna memburu armada kapal perang dari grup pakta Warsawa bila terjadi perang terbuka, dan sekaligus melakukan misi pengintaian. Dari segi persenjataan, Type 206 mampu menggotong 8 tabung torpedo ukuran 533 mm, jumlah torpedo yang dibawa ya hanya 8, artinya dalam kondisi tempur, kapal selam ini tak bisa melakukan charge ke tabung peluncur. Senjata lain yang bisa ditebar yakni 24 ranjau laut yang dibawa dalam komponen eksternal. Salah satu keunikan pada desain Type 206 yakni adanya tonjolan/punuk pada sisi haluan atau bulge. Tonjolan ini disinyalir berisi beragam sensor, selain Type 206, kapal selam Type 209 yang dimiliki TNI, KRI Cakra (401) dan KRI Nanggala (402) juga memiliki punuk di haluannya, walau tampak tidak sebesar Type 206. Sejak diproduksi antara tahun 1968 â€" 1975, amount ada 18 organisation Type 206 yang akhirnya memperkuat Bundesmarine. Dan untuk misi modernisasi, 12 organisation diantaranya di raise pada tahun 1990, dan hasil raise ini dinamakan Type 206A. Pada versi 206A dilakukan raise berupa pemasangan asdic STN Atlas DBQS-21D, juga ada raise pada jenis periskop, sistem kendali senjata, lalu ada penggantian sistem ESM menggunakan GPS (global orientating system). Jenis torpedo paronomasia diperbaharui dengan tipe Seeaal. Untuk memperkuat kinerjam sistem propulsi juga diperbaharui, dan terakhir ada perbaikan untuk kompartemen awak. Dari 18 organisation Type 206 yang dioperasikan, sebagian besar kini memang sudah di besi tuakan, tapi ada beberapa yang masih beroperasi hingga pertengahan 2011 lalu, sisa Type 206 inilah yang bakal dibeli AL Thailand, kabarnya pemerintah Siam telah menyetujui untuk membeli 2 organisation Type 206A. Keseriusan Siam untuk membeli kapal selam yang usianya sudah menjelang 40 tahun ini, membutikan bahwa kualitas Type 206 memang memikat, terutama bagi negara-negara di kawasan association yang umumnya lebih cocok mengadopsi jenis kapal selam ringan untuk beroperasi di laut-laut sempit. Bila dahulu, sekiranya badai krismon tak menerjang RI, Type 206A bakal menjadi armament Korps Hiu Kencana TNI AL. Sebagai informasi, Type 206 adalah satu pabrik dengan Type 209/1500 yang kini digunakan TNI AL, dari segi desain keduanya paronomasia mirip, tapi bila dilihat dari spesifikasi, Type 209 jelas lebih unggul karena punya jangkauan kedalaman hingga maksmium 500 meter, dan torpedo yang dibawa paronomasia bisa hingga 14, bandingkan dengan Type 206 yang hanya bisa menyelam hingga kedalaman 200 cadence dengan maksimum 8 torpedo. Tapi lain dari itu, banyak yang beranggapan Type 206 bekas pakai Bundesmarine punya kualitas yang mumpuni, sebab memang aslinya dirancang dan dipakai untuk kebutuhan AL Jerman. (Haryo Adjie Nogo Seno) Spesifikasi Type 206A Berat : 450 ton (dipermukaan) 498 ton (saat menyelam) Panjang : 48,6 meter Bem : 4,6 meter Draft : 4,5 meter Penggerak : 2 MTU 12V 493, 4-stroke 600 hp (441 kW) diesel engines, apiece connected with an Asea emancipationist Boveri-generator 1 Siemens-Schuckert-Werke 1100 kWelectric locomote dynamical azygos fivesome (Type 206) or heptad (Type 206A) bladepropeller Kecepatan : 10 knots (19 km/jam) â€" dipermukaan 17 knots (31 km/jam) â€" saat menyelam Jangakauan : 4,500 nmi at 5 knots, dipermukaan; (8,300 km at 9 km/h) 228 nmi at 4 knots, di bawah permukaan (420 km at 7 km/h) Awak : 23 orang Batas kedalaman : Lebih dari 200 meter Sistem Sensor : STN Atlas DBQS-21 (CSU-83) sub sonar Thomson-CSF DUUX 2 supine rangefinder sonar Safare VELOX asdic intercept EDO-900 astir mine rejection sonar Thomson-CSF Calypso II surveillance and guidance radar Perangkat Perang Elektronik : Thomson-CSF DR-2000U ESM system Thorn-EMI SARIE moga gak :repost:terima kasih telah berkunjung
Technorati
Bookmark and Share

0 comments:

Post a Comment